BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kota Palembang adalah salah
satu kota di Indonesia yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan.
Menurut sejarah, kota Pelembang merupakan kota tertua di Indonesia. Banyak
ikon-ikon dari Kota Palembang. Salah satunya adalah tari Gendhing Sriwijaya dan
Tanggai. Dalam penyusunan makalah kali ini saya memilih topik “Kesenian Tari
Gending Sriwijaya dan Tanggai dipalembang” karena keunikan keunikan dari tarian
tersebut.
Kebudayaan
ialah sal ah satu aspek yang terpenting dalan kehidupan manusia. Salah
satu unsur kebudayaan yaitu kesenian. Kesenian pada masyarakat Jawa,
Kalimantan, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan satu kompleks unsur
yang tampak amat digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga tampak seolah-olah
mendominasi seluruh kehidupan masyarakatnya. Seni tari penyambutan tamu pada
daerah-daerah tersebut ialah salah satu asset yang dimiliki oleh masyarakat itu
karena merupakan seni tari yang khas dan asli dari daerah tersebut. Tarian
gending sriwijaya ini dari palembang dan sebagai daerah kaya penyimpan koleksi
sejarah masa lalu.
Palembang juga memiliki
banyak ragam seni tari. Dari imajinasi dan khayalan terhadap zaman keraton
kerajaan Sriwijaya pada abad VI SM, yang sangat tersohor dengan ekspansi
wilayah dan pusat Agama Budha sampai zaman keemasan kesultanan palembang
Darussalam. Tahapan sejarah masa lalu itu sampai kini memberikan banyak
inspirasi bagi masyarakat.
Tari Gending
Sriwijaya termasuk lagu pengiringnya, diciptakan tahun 1944 untuk mengingatkan
para pemuda bahwa para nenek moyang adalah bangsa dan besar yang menghormati
persaudaraan dan persahabatan antar manusia dan hubungan antara manusia dengan
Sang pencipta. Tari tersebut melukisan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat
menerima tamu yang diagungkan.
Tari tanggai
adalah sebuah tarian yang disajikan untuk menyambut tamu yang telah memenuhi
undangan. Pada zaman sekarang, tari tanggai selain dipertontonkan dalam
acara-acara pernikahan masyarakat palembang, tari ini juga dipertontonkan dalam
acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni disekolah-sekolah.
Antropologi
memang sejak lama menaruh perhatian terhadap kesenian tradisional. Namun keseni
bagi cabang ilmu pengetahuan ini tidak hanya diartikan sebagai tari-tarian,
tetapi terutama seni pembuatan tekstil (termasuk batik, ikat, dan songket).
Dalam hal ini, arti, kedudukan, dan simbolik dari motif-motif yang tempat
yang penting dalam antropologi. Namun, disamping itu hampir semua cabang
kesenian tradisional pun mendapat perhatian yang mendalam dari antropologi.
B. RUMUSAN
MASALAH
Makalah ini
membahasa tentang beberapa hal yang penting dan perlu diketahui.
1. Bagaimana
sejarah dari tari gending sriwijaya dan tanggai
2. Bagaimana
lirik lagu gending sriwijaya dan tanggai
3. Ada
berapa penari ditarian gending sriwijaya
4. Fungsi
dalam tarian gending sriwijaya
5. Gambar
gerakan tarian tanggai
C. TUJUAN
Untuk lebih
mengetahui tarian gending sriwijaya dan tanggai. Dan menambah pengetahuan
mengenai tari gending sriwijaya dan tanggai, mengtahui keunikan-unikan tarian
gending sriwijaya dan tanggai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Tari Gending Sriwijaya
Sumatera Selatan, khususnya kota
Palembang banyak menyimpan koleksi sejarah masa lalu, terutama pada masa zaman
keraton Kerajaan Sriwijaya pada abad VI SM yang sangat tersohor dengan ekspansi
wilayah dan pusat agama Budha sampai zaman keemasan Kesultanan Palembang
Darussalam. Tahapan sejarah masa lalu itu sampai kini memberikan inpirasi bagi
masyarakatnya, salah satunya adalah Tari Gending Sriwijaya. Proses
penciptaan Tari Gending Srwijaya dimulai sejak tahun 1943 dan selesai pada
tahun 1944. Tari ini diciptakan untuk memenuhi permintaan dari pemerintah (era
pendudukan Jepang) kepada Jawatan Penerangan (Hodohan) untuk menciptakan sebuah
tarian dan lagu guna menyambut tamu yang datang berkunjung Keresidenan
Palembang (sekarang Provinsi Sumatera Selatan).
Pencipta gerak tari (penata
tarinya) yaitu Tina Haji Gong dan Sukainan A. Rozak, berbagai konsep dicari dan
dikumpulkan dengan mengambil unsur-unsur tari adat Palembang yang sudah ada.
Sementara musik atau lagu Gending Sriwijaya diciptakan tahun 1943 tepatnya dari
bulan oktober sampai dengan Desember oleh A. Dahlan Muhibat, seorang komposer
juga violis pada grup Bangsawan Bintang Berlian di Palembang. Lagu Gending
Sriwijaya ini merupakan perpaduan lagu Sriwijaya Jaya, yang diciptakan A.
Dahlan M dengan konsep lagu Jepang.
Alunan musik dari lagu
Gending Sriwijaya selalu digunakan untuk mengiringi tarian Gending Sriwijaya.
Lagu dan tarian Gending Sriwijaya mewakili keluhuran budaya, serta melambangkan
kejayaan, kekuasaan dan keagungan dari kerajaan Sriwijaya yang dulu pernah
berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara atau Negara kesatuan republik
Indonesia.Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa
yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia,
menteri kabinet, kepala negara atau pemerintahan negara sahabat,
duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.
Untuk menyambut para tamu
agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending
Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota
Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia,
tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.
Tari ini ditampilkan secara
khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala Negara, Duta Besar dan
Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari
Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah penari dan
perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya berjumlah
13 orang terdiri dari :
GAMBAR
Para penari Gending
Sriwijaya :
ü Satu orang
penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih).
ü Dua orang
penari pembawa peridon (perlengkapan tepak)
ü Enam
orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri)
ü Satu
orang pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria)
ü Satu
orang penyanyi Gending Sriwijaya
ü Dua
orang pembawa tombak (pria)
Tarian Gending Sriwijaya
digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede,
Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti
yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang
sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan
musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk
aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran
pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan
dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai
Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi
dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih
ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan.
Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri.
Demikianlah pula penari-penari lainnya.
B. Fungsi
Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya
diterima dan diakui sebagai tari adat Sumatera Selatan berfungsi sebagai tari
penyambutan tamu penting dan tamu yang diangungkan. Fungsi Tari Gending
Sriwijaya sebagai tari penyambutan tamu itu diresmikan oleh H. Asnawi
Mangkualam selaku Gubernur Kepala Daerah Sumatera Selatan pada tahun 1960-an
Dalam prosesi penyambutan
tamu resmi atau tamu angung itu, Tari Gending Sriwijaya ditampilkan dengan
penyuguhan tepak (tempat sirih), lengkap dengan isinya, yaitu daun sirih,
pinang, kapur, getah gembir, dan tembakau sebagai lambang penghormatan kepada
tamu resmi atau pun tamu agung itu. Penyuguhan sekapur sirih ini dilakukan oleh
9 penari dengan gerak lemah gemulai dilengkapi dengan seorang penyanyi, seorang
pembawa payung dan dua orang pemegang tombak sebagai tanda kebesaran keagungan.
Lirik Lagu Gending
Sriwijaya
Di
kala ku merindukan keluhuran dahulu kala
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.
Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di benua Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa
Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.
Musik
pengiring Tari Gending Sriwijaya adalah lagu Gending Sriwijayab yang diciptakan
oleh duet A. Dahlan Mahibat Dengan Nungcik A.R. sebagai pengarang syairnya pada
tahun 1994.
C. Sejarah
Tari Tanggai
Tari tepak atau tari
tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini
memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah
penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan
tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak
selengkap busana dan asesoris penari Gending Sriwijaya. Kelenturan
gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah
memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan
harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan
hidup masyarakat Palembang.
Tari Tanggai sering
dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara
resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni
di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini,
lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan . Sebagai
tarian penyambutan, tari tanggai mempunyai banyak kesamaan dengan tari geding
sriwijaya yang juga berfungsi sebagai tari untuk menyambut tamu.
Perbedaan kedua tarian
tersebut terletak pada jumlah penari dan kelengkapan akseoris yang dipakai oleh
penari. Pada tari tanggai biasanya berjumlah 5 orang penari,
sedangkan jumlah tari geding sriwijaya berjumlah 9 orang penari. Akseroris
yang dipakai oleh penari yang membawakan tarian geding sriwijaya juga biasanya
lebih lengkap dibanding aksesoris yang dipakai oleh penari tanggai. Walaupun
pada dasarnya busana yang dipakai oleh penari pada kedua traian tersebut
biasanya terbuat dari kain songket khas Sumatera Selatan.
Sebagai tarian penyambutan,
gerakan-gerakan pada tari tanggai sepenuhnya mampu mengambarkan ketulusan dan
keramahan sang tuan rumah atas kedatangan tamunya. Hal ini ditujukan dengan
gerakan tari tanggai yang didominasi oleh gerakan tangan yang lentur dan
kelentikan jemari penari yang dihiasi oelh tanggai yang terbuat dari lempengan
tembaga. Selain gerakan yang lemah gemulai, harmoni lagu yang mengiringi tarian
ini juga mampu menggambarakan keharmonisan yang tercipta di kehidupan
masyarakat Palembang.
D. Raga
Gerak
Tari tanggai mempunyai
bentuk atau wujud yang tersusun dari rangkaian-rangkaian gerak atau motif gerak
yang dikembangkan dan divariasikan menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga
membentuk struktur
tari.
Dalam tanggai ini terdapat
bermacam-macam gerakan. Antara lain: gerakan tangan, gerakan badan, gerakan
badan, gerakan kaki, dan gerakan kepala.
Gerakan tangan terdiri
dari kecubung atas, kecubung bawah, tolak arus, mahameru, menaburkan,
borobudur, saksi luhur, elang terbang, lambing, tolak kana, tolak kiri,
mendengarkan dan sembah. Gerakan badan terdiri dari turun
duduk, tutur sabda rebah kayu, dan tegak. Gerakan kaki terdiri
dari kaki kedepan, tutup, kaki tunjang, dan jalan keset. Dan
gerakan kepala umumnya mengikuti arah gerakan tangan dan pandang mata.
Jika diurutkan struktur gerak-gerak
Tari Tanggai terbagai dalam:
a. Gerakan
Tari Awal
· Gerak
masuk posisi sembah
· Borobudur
hormat
· Sembah
berdiri
· Jalan
ngeset
· Kecubung
berdiri bawah kanan
· Kecubung
berdiri bawah kiri
· Kecubung
berdiri atas kanan
· Kecubung
berdiri atas kiri
· Elang
terbang berdiri
b. Gerakan
Tari Pokok
· Elang
terbang duduk
· Tutur
sabda
· Sembah
duduk
· Tabur
bunga duduk kanan
· Tabur
bunga duduk kiri
· Memohon
duduk kanan
· Memohon
duduk kiri
· Tafakur
kanan
· Tafakur
kiri
· Seguntang
mahameru kanan
· Seguntang
mahameru kiri
· Kecubung
duduk kanan kecubung duduk kiri
· Stupa
kanan
· Stupa
kiri
· Mendengar
duduk kanan
· Mendengar
duduk kiri
· Tutur
sabda
· Borobudur
duduk elang terbang berdiri
c. Gerakan
Tari Akhir
· Tolak
bala berdiri kanan
· Tolak
bala berdiri kiri
· Nyumping
berdiri kanan
· Nyumping
berdiri kiri
· Mendengar
berdiri kanan
· Mendengar
berdiri kiri
· Tumpang
tali atau ulur benang berdiri kanan
· Tumpang
tali atau ulur benang berdiri kiri
· Sembah
berdiri
· Borobudur
berdiri
Lirik
lagu Tanggai
Lemah
Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Lemah
Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Anak
Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
Anak
Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
Musik
pengiring untuk tari tanggai bersifat instrumental yang diiringi beberapa
gendang dan satu gong berperan sebagai pola ritme. Instrumental yang mengiringi
tari tanggai ini memadukan dan memainkan lagu daerah yang menidetifikasikan dan
menggambarkan nuansa warna melayu.
F. Bahan
busana dan tata rias
Aspek-aspek dalam tata rias dan busana antara
lain meliputi tata rias wajah, tata tias rambut, dan tata rias busana termasuk
di dalam aksesoris yang digunakannya dapat mendukung penampilannya.
Aksesoris antara lain :
ü Gandik adalah yang
terlatak di kening dan diikat dibelakang kepala
ü Gelang gepeng (berbentuk
pipih)
ü Gelang sempuru (berduri
menyerupai kulit durian)
ü Gelang kano (
berbentuk bulat berukir-ukir dengan uuran lebih besar dari gelang biasa
ü Gelang burung (berbentuk
burung bersayap)
ü Beringin adalah
hiasan kepala yang terletak diatas sanggul
ü Teratai adalah
penutup dada yang terbuat dari kain bludru yang ditabur dengan hiasan
manik-manik atau payet
ü Pending adalah ikat
pinggang yang terbuat dari lempengan perak atau tembaga yang diberi hiasan atau
motif tumbuh-tumbuhan atau binatang
ü Rumbai melati letaknya
disisi kiri-kanan wajah yang dikaitkan pada karsuhun.
ü Kalung kebo
minggah-munggah melambangkan tingkatan pada masyarakat palembang
(strata).
ü Kalung ronce (ronce melati
hidup kalau ada) melati, melambangkan niat yang suci dari tuan rumah.
ü Selempang terbuat
dari kain bludru yang dibuat seperti selempang selebar kurang 15cm dengan
panjang 150cm dan diberi hiasan dari lempeng kuning yang diukir
ü Kain songket lepus
ü Kain songket limar
ü Baju Angkinan
ü Kuku tanggai
ü Tepak
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tari Gending Sriwijaya
berasal dari Kota Palembang. Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu
istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik
Indonesia, menteri kabinet, kepala negara atau pemerintahan negara sahabat,
duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu. Untuk menyambut para tamu
agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending
Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota
Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia,
tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.
Tarian Gending Sriwijaya
digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede,
Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti
yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang
sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan
musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk
aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran
pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan
dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai
Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi
dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih
ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan.
Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri.
Demikianlah pula penari-penari lainnya. Gending Sriwijaya merupakan lagu dan
tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu
Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik
lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan
kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat
Nusantara.
Tari tepak atau tari
tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini
memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah
penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan
tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak
selengkap busana dan asesoris penari Gending.
Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan
rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari
dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan
keharmonisan hidup masyarakat Palembang.
Tari Tanggai sering
dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara
resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni
di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini,
lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan.
Dahulu tarian ini pulalah
yang selalu disajikan kepada tamu-tamu raja kerajaan Sriwijaya. Tidak hanya
pada acara perkawinan saja, disetiap acarapun tarian ini sering dilakukan. Tari
ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah.
Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati,
menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.
B. SARAN
Penulis ini berharap dengan
adanya keanekaragam budaya yang dimiliki Indonesia khususnya Kota Palembang
dapat terus dipertahankan dan dijaga kelestariannya. Sehingga kebudayaan asli
yang kita miliki tetap terjaga utuh dan menjadi warisan budaya yang tidak mati
oleh karena kemajuan jaman arus globalisasi. Karena kebudayaan asli yang kita
miliki merupakan identitas diri Negara kita sebagai bangsa Indonesia. Dengan
kebudayaan yang kita miliki kita dapat memperkuat hubungan antar sesama bangsa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat 2005 “Pengantar
Antropologi II”. Jakarta: Rineka Cipta.
Bakker
Anton 2000 “Antropologi Metafisik”. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat 2009 “Pengantar
Ilmu
Posting Komentar