BAB I
PENDAHULUAN
Sejak menginjakkan kakinya di bumi Indonesia pada tahun
1956, penjajah Belanda kurang memperhatikan kesejahteraan golongan pribumi
(orang-orang Indonesia). Mereka terus mengeruk kekayaan alam dan menindas
rakyat Indonesia, tanpa mau memperhatikan nasib rakyat itu sendiri. Pada akhir
abad ke-19, C.Th.van Deventer mengkritik keadaan itu melalui salah satu
karangannya yang berjudul Utang Budi. C.Th van Deventer antara lain menytakan
bahwa kemakmuran Belanda diperoleh berkat kerja dan jasa orang Indonesia. Oleh
sebab itu, bangsa Belanda sebagai bangsa yang maju dan bermoral harus membayar
utang budi kepada bangsa Indonesia. Caranya adalah dengan menjalankan Politik
Balas Budi atau dikenal dengan sebutan Politik Etis.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
v Bagaimana dampak dari penjajahan
barat di Indonesia
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
v Untuk memperluas wawasan pengetahuan
tentang dampak dari penjajahan barat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dampak Penjajahan barat dalam kehiduan bangsa indonesia
Ketika
bangsa Belanda berkuasa di Indonesia, sejak berdirinya VOC tahun 1602, kondisi
bangsa Indonesia yang berkaitan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, persatuan
dan kesatuan, serta jiwa nasionalisme masih relatif rendah. Fenomena tersebut
ditandai dengan mudahnya bangsa Indonesia untuk dihasut dan diadu domba antar
rakyat Indonesia sendiri. Contoh: suatu pertikaian antarkerajaan akibat dihasut
oleh kolonial Belanda hingga timbul perselisihan, perang saudara, pecahnya
persatuan, dan pada akhirnya dapat dikuasai atau dijajah Belanda.
Kekuasaan
kolonial Belanda atas bangsa Indonesia yang berlangsung sangat lama telah
membawa akibat buruk bagi rakyat Indonesia di berbagai segi kehidupan, seperti
di bidang ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan.
B. Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Politik
Sistem
politk Adu Domba (Devide et Impera) yang digunakan pemerintah kolonial
Belanda mampu memperlemah, memperdaya bangsa Indonesia, dan bahkan dapat
menghapus kekuasaan pribumi. Beberapa kerajaan besar yang berkuasa di berbagai
daerah di Indonesia satu demi satu dapat dikuasai oleh Belanda.
Kedudukan
para bupati dianggap sebagai pegawai negeri yang digaji oleh pemerintah
kolonial Belanda. Kewibawaan para bupati telah jatuh di mata rakyat Indonesia,
bahkan jabatan para bupati dimanfaatkan untuk menekan dan memeras rakyat Indonesia.
Perilaku para penguasa pribumi selalu diawasi secara ketat sehingga mereka
sulit untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari aturan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, rakyat Indonesia saat itu tidak memiliki pemimpin
yang dapat diharapkan untuk menyalurkan aspirasi dan justru kehidupan
berpolitik menjadi buntu.
C.
Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Ekonomi
Penderitaan
akibat politik pemerasan yang dilakukan kolonial Belanda terhadap rakyat
Indonesia telah mencapai puncaknya pada masa pelaksanaan sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel)
dan sistem Ekonomi Liberal (Politik Pintu Terbuka).
Keuntungan
dari pelaksanaan sistem Tanam Paksa dan Politik Pintu Terbuka tersebut tidak
ada satu pun yang digunakan untuk kepentingan Indonesia, namun digunakan
Belanda untuk membangun negerinya di Eropa dan untuk membayar utang luar negeri
pemerintah kolonial Belanda. Dengan demikian, kehidupan ekonomi rakyat
Indonesia pada zaman penjajahan Belanda sungguh memprihatinkan sehingga banyak
rakyat yang hidup dalam kemiskinan dan mati kelaparan.
Perkembangan
ekonomi pada masyarakat kolonial sangat besar pengaruhnya terhadap
kegiatan-kegiatan berikut:
- Perdagangan
Kegiatan
perdagangan pada masa pemerintah kolonil belanda dikuasi oleh
penguasa swasta asing .masyarakat pada waktu itu tidak memiliki kesempatan
untuk memperdagangkan hasil buminya .hal tersebut terjadi karena hasil bumi
mereka terpaksa harus dijual pada para pedagang
asing yang mendapat perlindungan dari pemerintah.
- Pertanian dan perikanan
Sebelum
kedatangan bangsa barat ,bangsa indonesia telah
mengenal sistem pertanian dan perikanan .pada masa kolonial banyak
masyarakat indonesia yang bergerak di bidang pertanian dan perikanan .namun
,mereka tidak menikmati hasilnya sendiri karena di rampas oleh pemerintah
kolonial belanda ,dan para petani dipaksa untuk
menjualnya pada pedagang swasta asing.
- Infrastruktur
Untuk
menunjang kelancaran pengangkutan hasil-hasil perusahaan perkebunan dari daerah
pedalaman ke daerah pantai atau pelabuhan ,pemerinah
kolonial belanda membangun infrastruktur seperti irigrasi
,jalan raya ,jembatan ,dan jalan rel kereta api .pembangunan jalan
,jembatan dan rel kereta api tersebut
dilakukan dengan enggerakan tenaga rakyat secara paksa (kerja rodi
).adanya penggerahan kerja rodi tersebut membawa
penderitaan bagi masyarakat indonesia.
- Taraf
hidup masyarakat indonesia
Sejak
bangsa barat datang keindonesia ,indonesia selalu dijadikan tempat pemerasan oleh
bangsa barat.walapun silih bergantisistem pemerintahan (dari VOC ,pemerintahan
kerajaan belanda ,ingris,dan kembali pada pemerintahan koloniel belanda )bangsa
indonesia tetap menderita dan sengsara.selama bangsa indonesia
berada dibawah kekuasaan bangsa barat ,maka selama itu pula taraf kehidupan
bangsa indonesia di bawa garis kemiskinan dan hidup menderita
.penderitaan hidup yang dialami bangsa indonesia ini lah yang
menjadi pendorong semangat perjuang da pergerakan
bangsa indonesia menentang penjajah.
D. Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Sosial
Kehidupan sosial yang dialami oleh
rakyat Indonesia pada masa penjajahan Belanda antara lain diskriminasi ras dan
intimidasi yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda. Diksriminasi dan
intimidasi itu didasarkan pada golongan dalam kehidupan masyarakat dan suku
bangsa. Penduduk berkulit putih dan kolonial Belanda termasuk ke dalam golongan
dengan status sosial yang lebih tinggi dan memiliki hak-hak istimewa, sedangkan
rakyat pribumi termasuk ke dalam golongan rendah yang lebih banyak dibebani
oleh kewajiban-kewajiban dan tidak diberikan hak sebagai layaknya warga negara
yang dilindungi oleh hukum.
Kemudian, tidak semua anak
pribumi memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan seperti yang diperoleh
anak-anak kolonial Belanda. Demikian pula, dalam lingkungan pemerintahan, tidak
semua jabatan tersedia untuk orang-orang pribumi. Dengan demikian, adanya
diskriminasi ras dan segala bentuk intimidasi, baik secara langsung maupun
tidak langsung telah menimbulkan kesenjangan antara orang-orang Belanda dan
rakyat pribumi.
E. Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Kebudayaan
Kebudayaan
barat (Eropa) yang dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Belanda mulai dikenal
bangsa Indonesia sejak abad ke-15. Budaya-budaya barat tersebut diterapkan ke
dalam lingkungan kehidupan tradisional rakyat Indonesia, seperti cara bergaul,
gaya hidup, cara berpakaian, bahasa, dan sistem pendidikan.
Tidak semua budaya barat yang masuk ke Indonesia dapat
diterima oleh rakyat Indonesia, karena adanya tata cara yang berlawanan dengan
nilai budaya bangsa Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Contoh budaya barat yang berlawanan dengan nilai luhur antara lain
mabuk-mabukan, pergaulan bebas, pemerasan, dan penindasan.
F. Kehidupan Bangsa
Indonesia Di Bidang Demografi
(kependudukan),
berdasarkan sensus Raffles (buku History of Java tulisan Raffles) bahwa
pada tahun 1815 jumlah pendudukan Jawa mencapai 4,5 juta jiwa. Dari jumlah
tersebut lebih dari 1,5 hidup di daerah kerajaan dan kirakira 3 juta ada
di daerah yang langsung diperintah oleh pemerintah kolonial.
Sejak
akhir abad ke-19 telah terjadi mobilitas dalam masyarakat, baik
secara geografis maupun sosiologis. Dalam pengertian geografis bahwa
perpindahan tempat tinggal dan kerja makin lama makin sering dilakukan.
Transmigrasi, migrasi intern, dan urbanisasi menunjukkan adanya keinginan
untuk keluar dari lingkungan hidup yang lama. Hal itu karena pengaruh
penetrasi ekonomi asing dan kerapatan penduduk, mobilitas dalam kerja
terjadi pula. Sebagian dari masyarakat tani beralih kerja menjadi
pedagang, meskipun secara kecil-kecilan.
Demikian
juga jenis pekerjaan tukang dan pelayanan lainnya bertambah banyak
pula. Peralihan kerja dan perpindahan ke tempat lain, ada yang membawa
dampak ke kehidupan sosial. Orang yang pindah ke kota dan mendapat
pekerjaan yang baik, akan naik harganya di mata masyarakat. Demikian pula
jika seseorang sukses dalam usahanya. Dengan demikian terjadilah semacam
mobilitas sosial vertikal.
Dalam
perkembangannya, pada tahun 1900 penduduk Jawa telah mencapai hampir 28,5
juta jiwa. Perkembangan penduduk di Jawa pada abad ke-19 dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain terjadinya peningkatan hidup dari penduduk
pribumi,meluasnya pelayanan kesehatan ( introduksi vaksinasi cacar), dan
perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.
G. Kedudukan dan kehidupan
wanita masa kolonial
Sebelum
kedatangan bangsa Barat ke Indonesia, kaum wanita Indonesia dibelenggu
dengan aturan-aturan tradisi dan adat yang cenderung membatasi peran mereka
dalam kehidupan masyarakat. Kaum perempuan Indonesia lebih banyak hanya
berperan sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pelayan suami di rumah.
Perempuan
pada waktu itu tidak mendapatkan hak untuk mengenyam pendidikan. Pendidikan
yang mereka peroleh hanya terbatas pada usaha untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi seorang ibu. Kaum perempuan Indonesia juga tidak memiliki kebebasan
untuk menentukan masa depannya sendiri.
Kedatangan
bangsa Barat dengan kebudayaannya, sedikit banyak membuka mata beberapa
kalangan di Indonesia, terutama kaum priyayi terpelajar untuk melakukan
modernisasi. Kualitas dan gaya hidup kaum Barat, termasuk kaum wanita yang
menjunjung tinggi kebebasan terlihat begitu kontras dengan kualitas dan gaya
hidup pribumi yang begitu terikat akan trafisi dan adat. Hal ini menyadarkan
kaum terpelajar akan keterbelakangan dan kekolotan masyarakat dan kaum
perempuan di Indonesia.
Pergerakan
emansipasi wanita dipelopori oleh R.A. Kartini, Dewi Sartika dan Maria Walanda
Maramis. Pergerakan emansipasi wanita pada intinya ingin mencapai persamaan
derajat antara pria dan wanita. Dengan dibukanya sekolah model Barat dan adanya
kesempatan bagi warga pribumi untuk sekolah, menimbulkan aspirasi-aspirasi
untuk mengadakan inovasi dan modernisasi.
Ada
dua jenis gerakan perempuan pada masa-masa awal abad XX, yaitu organisasi lokal
kedaerahan dan organisasi keagamaan. Putri Mahardika merupakan
organisasi keputrian tertua yang merupakan bagian dari Budi Utomo.
Organisasi Putri
Mahardika dibentuk pada tahun 1912. Tujuannya adalah memberikan
bantuan, bimbingan, dan penerangan pada gadis pribumi dalam menuntut pelajaran
dan menyatakan pendapat di muka umum
Untuk memperbaiki hidup perempuan, Putri Mahardika
memberikan beasiswa dan menerbitkan majalah bulanan. Adapun tokoh-tokohnya
yaitu : R.A. Sabarudin, R.A. Sutinah Joyopranoto, Rr. Rukmini dan Sadikin
Tondokusumo.
Setelah
Putri Mahardika, maka lahirlah berbagai organisasi perempuan lain, baik yang
dibentuk sendiri oleh kaum wanita maupun organisasi yang beranggotakan kaum
pria.
Organisasi
tersebut antara lain :
1.
Pawiyatan Wanita di Malang tahun 1915.
2.
Pencintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tahun 1917.
3.
Purborini di Tegal tahun 1917.
4.
Aisyah di Jogjakarta tahun 1918.
5.
Perempuan Susilo di Pemalang tahun 1918.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari apa yang telah dipaparkan oleh
penulis, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pergerakan
nasional Indonesia muncul akibat kesatuan nasib yang ingin merdeka dan
penderitaan rakyat Indonesia akibat penjajahan Belanda.
2. Organisasi-organisasi
pergerakan nasional muncul karena keinginan untuk memperjuangkan kemerdekaan
bagi Indonesia.
3. Kemerdekaan yang
dicapai Indonesia saat ini tidak lepas dari perjuangan para tokoh ataupun
organisasi-orgnisasi yang meluangkan semua pikiran dan tenaganya demi sebuah
kemerdekaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://duniazu.blogspot.com/2013/12/kondisi-bangsa-indonesia-akibat.html
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2014/05/kedudukan-dan-kehidupan-wanita-mas.html
Posting Komentar