BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Selada merupakan salah satu jenis
tanaman sayur yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, hal ini terlihat dari
permintaan pasar terhadap selada yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar
terutama di perhotelan, rumah makan besar, bahkan hingga keluar negeri sebagai
komoditas ekspor. Selada memiliki peran dalam program ketahanan pangan
nasional. Ketahanan (food security) tidak akan terwujud tanpa ketahanan nutrisi
(nutritional security) dan hal tersebut berimbas pada kesehatan masyarakat yang
akan semakin menurun. Konsep ketahanan nutrisi adalah menjamin ketersediaan
pangan yang bernutrisi dan jumlahnya cukup bagi seluruh lapisan masyarakat.
Nutrisi dan keamanan pangan tidak terpisahkan, ketika ketersediaan pangan
berkurang, maka masyarakat akan mengkonsumsi makanan kurang bergizi dan tidak
aman yang disebabkan karena bahaya kontamisasi kimia, mikroba, penyakit asal
hewan dan sebagainya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kandungan gizi selada semakin disadari
manfaatnya oleh masyarakat, sehingga ketersediaan sayuran khususnya selada
menjadi hal penting dalam mendukung ketahanan pangan serta ketahanan nutrisi
nasional. Oleh karena itu baru-baru ini pemerintah menggalakkan program
penananam sayuran maupun komoditas buah di sekitar pekarangan untuk mendukung
program ketahanan pangan serta ketahanan nutrisi di lingkungan rumah tangga
(Heni, 2011).
Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai
tempat budidaya sayuran dapat menjadi salah satu solusi peningkatan produksi
tanaman sayur yang bersih dan cepat dirasakan manfaatnya oleh pemilik
pekarangan. Penanaman sayuran di pekarangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan
berbagai bahan-bahan yang sudah tidak digunakan dalam rumah tangga. Tempat
media dapat menggunakan kaleng dan ember bekas, serta untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara dapat menggunakan limbah cair rumah tangga seperti air cucian ikan,
air bekas rendaman teh, serta air cucian beras. Dalam pengolahannya menjadi
nasi, beras mengalami proses pencucian sebelum dimasak. Pada proses pencucian
beras biasanya dicuci atau dibilas sebanyak 3 kali sebagai upaya untuk
membersihkan beras dari kotoran. Air cucian beras atau sering disebut sebagai
leri (bahasa Jawa) berwarna putih susu, hal itu berarti bahwa protein dan
vitamin B1 yang banyak terdapat dalam beras juga ikut terkikis. Secara tidak
langsung protein dan vitamin B1 banyak terkandung di dalam air leri atau air
cucian beras. Vitamin B1 merupakan kelompok vitamin B, yang mempunyai peranan
di dalam metabolisme tanaman dalam hal mengkonversikan karbohidrat menjadi
energi untuk menggerakkan aktifitas di dalam tanaman.
Menurut Alip (2010) pada tanaman yang
mengalami stres karena kondisi bare root (akar yang terbuka) ataupun karena
pemindahan tanaman ke media baru dengan pemberian vitamin B1 maka tanaman
tersebut dapat segera melakukan aktifitas metabolisme untuk beradaptasi dengan
lingkungan media yang baru. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian
Andrianto (2007) yang menyatakan bahwa air leri atau air bekas cucian beras
dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman Adenium. Hal tersebut disebabkan
karena air cucian beras mengandung vitamin B1 yang berfungsi merangsang
pertumbuhan serta metabolisme akar. Manfaat air cucian beras (leri) ini juga
telah diteliti oleh Leonardo (2009), air cucian beras bilasan pertama
berpengaruh terhadap peningkatan jumlah daun dan tinggi tanaman tomat dan
terong. Salah satu kandungan leri adalah fosfor yang merupakan unsur hara makro
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh macam dan kadar air cucian beras terhadap pertumbuhan dan
hasil selada (Lactuca sativa L.). Dengan demikian diharapkan penelitian ini
bermanfaat untuk memberikan rekomendasi kadar dan macam air cucian beras yang
dapat memberikan pertumbuhan dan hasil selada yang baik.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. BAHAN DAN METODE
Alat yang digunakan adalah polibag, alat
bercocok tanam, leaf area meter, timbangan elektrik, mistar, jangka sorong,
alat tulis, SPAD, serta oven. Penelitian menggunakan rancangan faktorial 2x3
ditambah 1 kontrol dan diatur dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 3
ulangan sebagai kelompok. Tiap perlakuan terdiri atas 15 unit tanaman. Faktor
pertama adalah macam air cucian beras yaitu air cucian merah dan air cucian
beras putih. Faktor kedua adalah kadar air cucian beras yaitu air cucian
pertama, kedua dan ketiga. Perlakuan yang dicobakan adalah :
• Tanpa penyiraman air cucian beras
(kontrol)
• Penyiraman air cucian pertama beras
merah
• Penyiraman air cucian kedua beras
merah
• Penyiraman air cucian ketiga beras
merah
• Penyiraman air cucian petama beras
putih
• Penyiraman air cucian kedua beras
putih
• Penyiraman ektrak ketiga beras putih
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian
meliputi analisis air cucian beras yang dilakukan di laboratorium Analisis
Bahan Pangan Fakultas Farmasi dan di laboratorium Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian UGM, pesemaian, persiapan media tanam, persiapan air cucian beras,
penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan pada umur 35 hst. Pada tahap persiapan
air cucian beras, air cucian beras diperoleh dari beras merah dan putih dengan
kadar 1 kg beras dalam 2 liter air untuk air cucian pertama. Air cucian beras
kedua dan ketiga diperoleh dari beras yang telah dicuci sebelumnya kemudian
ditambah dengan 2 liter air pada pencucian beras kedua kemudian ditambah 2
liter air untuk memperoleh air cucian beras ketiga kemudian ditampung dalam
suatu wadah yang berbeda. Penyiraman dilakukan setiap 2 hari sekali mulai 4
hari setelah pindah tanam menggunakan air cucian beras sesuai dengan
masing-masing perlakuan yang diujikan sebanyak 250 ml pada pagi hari dan
sebanyak 250 ml pada sore hari per tanaman hingga panen. Selang waktu pemberian
air cucian beras tersebut dilakukan penyiraman dengan menggunakan air biasa
pada pagi dan sore hari. Uji lanjut yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji kontras dan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test = DMRT)
pada tingkat signifikasi 95%. Uji kontras orthogonal digunakan untuk
membandingkan pengaruh perlakuan kontrol dengan penyiraman air cucian beras,
pengaruh perlakuan kontrol dengan penyiraman air cucian beras merah, pengaruh
perlakuan kontrol dengan penyiraman air cucian beras putih serta pengaruh
perlakuan penyiraman air cucian beras merah dengan pengaruh perlakuan
penyiraman air cucian beras putih. Uji DMRT dilakukan untuk membandingkan antar
perlakuan kadar air cucian beras merah dan antar perlakuan kadar air cucian beras
putih.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis terhadap
kandungan unsur hara dan vitamin yang telah dilakukan Penelitian ini
menggunakan air cucian beras atau leri (dalam bahasa Jawa) sebagai sumber unsur
hara untuk selada. Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan Air Cucian Beras Kandungan
Air Cucian Beras Merah Air Cucian Beras Putih Nitrogen (%) 0,014 0,015 Fosfor
(%) 14,452 16,306 Kalium (%) 0,02 0,02 Kalsium (%) 3,574 2,944 Magnesium (%)
13,286 14,252 Sulfur (%) 0,005 0,027 Besi (%) 0,0698 0,0427 Vitamin B1 (%)
0,056 0,043
Diperoleh bahwa air
cucian beras merah memiliki kandungan unsur hara kalsium, besi dan vitamin B1
yang lebih besar dibandingkan air cucian beras putih, sedangkan air cucian
beras putih memiliki kandungan unsur hara nitrogen, fosfor, magnesium, dan
sulfur yang lebih tinggi dibanding air cucian beras merah. Perbedaan kandungan
unsur hara terlihat mencolok pada unsur hara sulfur (S).
Kandungan S dalam air
cucian beras merah sebesar 0,005% sedangkan dalam air cucian beras putih
sebesar 0,027%. Sulfur dalam metabolisme tanaman memiliki peran dalam sintesis
protein dan bagian dari asam amino sistein, biotin dan thiamin. Sulfur membantu
stabilisasi struktur protein, membantu sintesis minyak dan pembentukan
klorofil, serta mengurangi terjadinya serangan penyakit pada tubuh tanaman.
Kandungan unsur hara
yang mendominasi dalam larutan air cucian beras merah maupun putih adalah
fosfor, magnesium dan kalsium. Fosfor merupakan penyusun asam amino, koenzim
NAD, NADP dan ATP, aktif dalam pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan biji
dan pembungaan. Magnesium merupakan unsur esensial penyusun klorofil serta
berperan sebagai kofaktor dalam sebagian besar enzim yang menggiatkan proses
fosforilasi, sebagai jembatan antara struktur pirofosfat dari ATP dan ADP dan
molekul enzim dan menstabilkan partikel dalam konfigurasi untuk sintesis
protein. Kalsium merupakan penyusun dinding sel, berperan dalam pemeliharaan
integritas sel dan permeabilitas membran (Utami, 2003). Akar merupakan bagian utama
dari organ tanaman yang memasok air, mineral dan unsur hara yang penting ke
bagian tajuk tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Variabel
perakaran yang diamati dalam penelitian ini adalah berat segar akar dan berat
kering akar yang disajikan berikut.
Berat Segar dan Kering
Akar (gram) Selada pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Perlakuan Berat Segar (g)
Berat Kering (g) 15 hst 25 hst 35 hst 15 hst 25 hst 35 hst A. Air Cucian
PertamaBeras Merah 0,25b 0,64a 1,80a 0,01b 0,08b 0,27a B. Air Cucian Kedua
Beras Merah 0,35a 0,91a 2,44a 0,01b 0,07b 0,29a C. Air Cucian Ketiga Beras
Merah 0,35a 0,92a 1,64a 0,02a 0,12a 0,31a D.
Air Cucian Pertama
Beras Putih 0,31l 1,00j 1,93j 0,03j 0,09j 0,24k E. Air Cucian Kedua Beras Putih
0,37k 0,66k 1,38j 0,02j 0,09j 0,35j F. Air Cucian Ketiga Beras Putih 0,44j
0,48k 1,26j 0,03j 0,06j 0,25k Rerata Air Cucian Beras Merah 0,32q 0,83p 1,96p
0,02q 0,09q 0,29p Rerata Air Cucian Beras Putih 0,37p 0,71p 1,52p 0,03p 0,08p
0,28p Rerata Air Cucian Beras Merah dan Putih 0,35x 0,77x 1,74x 0,02y 0,08x
0,28x G. Tanpa Penyiraman Air Cucian Beras 0,24y 0,91x 1,85x 0,03x 0,05y 0,17y
G vs A, B, C, D, E, F (s) (ns) (ns) (s) (s) (s) G vs A, B, C (s) (ns) (ns) (s)
(s) (s) G vs D, E, F (s) (ns) (ns) (ns) (s) (s) A, B, C vs D, E, F (s) (ns)
(ns) (s) (s) (ns)
Keterangan:
• Angka rerata yang diikuti oleh huruf
dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pengaruhnya menurut Uji
Jarak Berganda Duncan/DMRT pada tingkat uji 5%.
• ns/s : non signifikan / signifikan
pada uji kontras orthogonal pada tingkat uji 5%.
Dari hasil pengamatan
terhadap berat segar akar diketahui bahwa pada 15 hst penyiraman air cucian
beras nyata meningkatkan berat segar akar selada (dibandingkan dengan tanpa
pemberian air cucian beras). Kandungan unsur hara yang terdapat dalam air
cucian beras mampu memacu pertumbuhan akar sehingga nilai berat segar akar yang
dihasilkan menjadi lebih besar dibanding dengan tanpa pemberian air cucian
beras. Air cucian beras putih secara nyata meningkatkan berat segar akar
dibandingkan dengan air cucian beras merah. Keadaan tersebut diduga karena kandungan
sulfur dalam air cucian beras putih yang lebih banyak dibanding air cucian
beras merah. Dengan demikian, sulfur secara tidak langsung akan mensintesis
thiamin (vitamin B1). Thiamin dimungkinkan mempengaruhi akar tanaman selada
pada perlakuan pemberian air cucian beras putih untuk lebih giat berkembang
sehingga menghasilkan berat segar akar yang nyata lebih besar dibanding air
cucian beras merah. Kadar air cucian beras putih hasil cucian ketiga
menunjukkan nilai berat segar akar yang nyata lebih besar dibanding dengan
perlakuan kadar cucian kedua maupun pertama. Hal yang sama juga terjadi pada
kadar air cucian beras merah, kadar ketiga memiliki nilai berat segar akar yang
lebih besar dibanding dengan perlakuan lain. Keadaan air cucian ketiga beras yang
tidak pekat (encer) menyebabkan viskositas cairan rendah sehingga tanaman
khususnya akar akan lebih mudah mengadsorpsi unsur hara yang terdapat dalam air
cucian beras tersebut. Unsur hara yang teradsorpsi kemudian disalurkan dan
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan akar serta kandungan fotosintat
yang lebih optimal untuk ditransportasikan ke bagian tajuk. Pada umur 25 dan 35
hst pengaruh penyiraman air cucian beras, baik beras merah maupun putih tidak
terlihat nyata (Tabel 4.2) dibandingkan dengan tanpa perlakuan penyiraman air
cucian beras. Penyiraman air cucian beras dilakukan 2 hari sekali sehingga
terjadi penurunan kadar unsur hara. Oleh karena itu, diduga unsur hara yang
terdapat dalam air cucian beras cenderung lebih sedikit dibanding dengan total
air yang diserap dan digunakan oleh tanaman. Kadar air cucian beras merah tidak
menghasilkan berat segar akar tanaman yang berbeda nyata. Ketika tanaman
berumur 25 hst, perlakuan kadar pertama air cucian beras putih secara nyata
menghasilkan berat segar akar yang lebih besar dibanding kadar yang lain. Namun
pada umur 35 hst kadar air cucian beras putih tidak menunjukkan perbedaan nilai
berat segar akar secara nyata. Secara umum, berat segar akar semakin meningkat
dari umur 15 hari setelah tanam (hst) hingga masa panen atau 35 hst. Hal
tersebut menunjukkan bahwa akar selada mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang baik. Pada umur 15 hst pengaruh penyiraman air cucian beras (terutama
beras merah) secara nyata menurunkan berat kering akar dibanding dengan tanpa
penyiraman air cucian beras. Hal ini karena tanaman masih sangat muda, sehingga
organ tanaman masih banyak mengandung air (bersifat sukulen) dan kemampuan
fotosintesisnya masih relatif rendah sehingga timbunan asimilatnya juga rendah.
Pemberian air cucian beras putih memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol (tanpa penyiraman air cucian beras), namun jika
dibandingkan dengan perlakuan air cucian beras merah, perlakuan penyiraman air
cucian beras putih secara nyata memberikan berat kering akar yang lebih tinggi.
Tanaman selada umur 25 dan 35 hst memiliki respon pertumbuhan yang nyata lebih
baik dibanding kontrol yang ditandai dengan peningkatan berat kering akar pada
perlakuan penyiraman air cucian beras merah maupun putih. Penyiraman air cucian
beras merah memberikan pengaruh yang sama dengan air cucian beras putih. Dengan
demikian, unsur hara yang terdapat dalam air cucian beras maupun air cucian
beras putih secara nyata mampu meningkatkan kandungan asimilat dalam tubuh tanaman.
Pengaruh kadar air cucian beras merah yang diamati pada umur tanaman 25 hst
menunjukkan bahwa air cucian ketiga menghasilkan nilai berat kering akar yang
nyata lebih besar dibanding pengaruh kadar air cucian kedua dan pertama. Pada
umur 35 hst terlihat bahwa penyiraman kadar air cucian beras merah yang beragam
tidak secara nyata menghasilkan perbedaan berat kering akar, sedangkan ketika
tanaman diberi air cucian beras putih kadar cucian kedua menghasilkan nilai
berat kering yang nyata lebih besar dibanding perlakuan lainnya. Sama halnya
dengan pemaparan mengenai berat segar akar sebelumnya, bahwa kandungan sulfur
dalam air cucian beras putih yang lebih besar dibanding dengan beras merah
tersebut akan memacu kerja sintesis thiamin (vitamin B1) yang kemudian memacu
pertumbuhan akar sehingga kandungan air dan asimilat yang diperoleh lebih
besar. Sama halnya dengan berat segar akar, berat kering akar semakin meningkat
dari umur 15 hari setelah tanam (hst) hingga masa panen atau 35 hst. Pemberian
air cucian beras pada tanaman selada dapat meningkatkan berat kering akar bila
dibanding dengan tanpa pemberian air cucian beras (kontrol). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa akar selada bertumbuh dan berkembang dengan baik sehingga
memiliki hasil bersih asimilasi CO2 yang tinggi. Berbeda pengaruhnya terhadap
akar, pemberian air cucian beras tidak secara nyata berpengaruh terhadap
pertumbuhan tajuk selada, seperti yang terlihat pada tinggi tanaman, diameter
batang, jumlah dan kehijauan daun, luas daun, berat segar dan berat kering
tajuk serta berat segar dan berat kering tanaman. Hasil tersebut berakibat pada
hasil analisis pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan melalui variabel rasio luas
daun, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan nisbi, indeks konsumsi dan indeks
panen yang juga tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan. Keadaan tersebut
diduga kandungan nitrogen sebagai unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh
selada untuk pertumbuhan tajuk tanaman justru tersedia sangat rendah. Dengan
demikian tajuk tanaman tidak mampu berkembang dengan maksimal dan tidak
menunjukkan pertumbuhan secara nyata.
Tabel 3 Berat Segar dan
Kering Tajuk (g) Selada pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Perlakuan Berat Segar
(g) Berat Kering (g) 15 hst 25 hst 35 hst 15 hst 25 hst 35 hst A. Air cucian
PertamaBeras Merah 2,65b 13,44a 69,29a 0,15a 0,70a 3,41a B. Air cucian Kedua
Beras Merah 4,14a 15,08a 77,07a 0,15a 0,58a 3,71a C. Air cucian Ketiga Beras
Merah 3,01b 15,72a 79,18a 0,17a 0,86a 3,97a D. Air cucian Pertama Beras Putih
3,97j 17,49j 73,23j 0,14j 0,81j 3,72j E. Air cucian Kedua Beras Putih 2,95j
12,73j 68,42j 0,18j 0,88j 3,56j F. Air cucian Ketiga Beras Putih 3,49j 12,61j
66,01j 0,13j 0,60j 3,36j Rerata Air cucian Beras Merah 3,27p 14,75p 75,18p
0,16p 0,71p 3,70p Rerata Air cucian Beras Putih 3,37p 14,51p 72,20p 0,15p 0,74p
3,62p Rerata Air cucian Beras Merah dan Putih 3,32x 14,63x 73,69x 0,15x 0,72x
3,66x G. Tanpa Penyiraman Air cucian Beras 2,73x 13,94x 72,06x 0,18x 0,61x
3,10x G vs A, B, C, D, E, F (ns) (ns) (ns) (ns) (ns) (ns) G vs A, B, C (ns)
(ns) (ns) (ns) (ns) (ns) G vs D, E, F (s) (ns) (ns) (ns) (ns) (ns) A, B, C vs
D, E, F (ns) (ns) (ns) (ns) (ns) (ns) Keterangan: • Angka rerata yang diikuti
oleh huruf dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pengaruhnya
menurut Uji Jarak Berganda Duncan/DMRT pada tingkat uji 5%. • ns/s : non
signifikan / signifikan pada uji kontras orthogonal pada tingkat uji 5%. Tabel
4 Nisbah Akar Tajuk Selada pada Berbagai Perlakuan Kombinasi Perlakuan Berat
Segar (g) 15 hst 25 hst 35 hst B. Air cucian PertamaBeras Merah 8,79b 11,82a
7,90a C. Air cucian Kedua Beras Merah 9,80ab 13,17a 7,90a D. Air cucian Ketiga
Beras Merah 14,11a 14,69a 7,68a E. Air cucian Pertama Beras Putih 19,30j 11,22j
6,49k F. Air cucian Kedua Beras Putih 12,19j 10,21j 9,90j G. Air cucian Ketiga
Beras Putih 24,68j 10,49j 7,49k Rerata Air cucian Beras Merah 10,90q 13,23p
7,83p Rerata Air cucian Beras Putih 18,72p 10,64p 7,96p Rerata Air cucian Beras
Merah dan Putih 44,81x 11,93x 7,89x A. Tanpa Penyiraman Air cucian Beras 14,68x
9,66x 5,82y G vs A, B, C, D, E, F (ns) (ns) (s) G vs A, B, C (ns) (ns) (s) G vs
D, E, F (ns) (ns) (s) A, B, C vs D, E, F (s) (ns) (ns) Keterangan: • Angka
rerata yang diikuti oleh huruf dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pengaruhnya menurut Uji Jarak Berganda Duncan/DMRT pada tingkat uji 5%. •
ns/s : non signifikan / signifikan pada uji kontras orthogonal pada tingkat uji
5%. Pada variabel nisbah akar tajuk, terlihat pengaruh penyiraman air cucian
beras, khususnya pada umur 35 hst. Nilai nisbah akar tajuk menggambarkan pola
distribusi asimilat yang dihasilkan proses fotosintesis ke bagian tajuk dan
akar tanaman. Pada umur 35 hst, nisbah akar tajuk selada dengan perlakuan
penyiraman air cucian beras merah maupun air cucian beras putih secara nyata
lebih besar dibanding nisbah akar tajuk kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
penyiraman air cucian beras mendorong tanaman untuk mendistribusikan asimilat
ke bagian akar tanaman. Namun antar jenis air cucian beras tidak memberikan
pengaruh. Nilai nisbah akar tajuk pada umur 15 hst secara umum lebih tinggi
daripada 25 dan 35 hst. Hal ini menunjukkan bahwa pada awal pertumbuhannya
tanaman cenderung mendistribusikan asimilat pada akar dengan tujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga akan meningkatkan
serapan air maupun unsur hara untuk proses fotosintesis. Pada umur 25 hingga 35
hst nisbah akar tajuk semakin rendah karena tanaman mendistribusikan sebagian
besar asimilatnya ke tajuk untuk pembentukkan dan pertumbuhan daun yang baru.
Hal tersebut akan memberikan kualitas panen yang meningkat karena kualitas
tanaman selada untuk dikonsumsi sebagai sayuran sangat ditentukan oleh biomassa
yang dihasilkan. Hasil pengamatan terhadap variabel pertumbuhan tajuk dan
analisis pertumbuhan tanaman selada secara umum tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dibanding tanpa penyiraman air cucian beras. Diduga hal ini
disebabkan kandungan nitrogen di dalam air cucian beras sebagai unsur utama
dalam pertumbuhan tajuk sangat kecil bahkan tidak mencukupi kebutuhan selada.
Oleh karena itu pertumbuhan tajuk selada tidak terlihat perbedaannya di tiap
perlakuan. Unsur hara yang dominan terkandungan dalam air cucian beras adalah
fosfor dan sulfur. Diduga kandungan sulfur dalam air cucian beras tersebut memacu
sintesis thiamin (vitamin B1) yang berfungsi memacu pertumbuhan dan
perkembangan akar. Dengan demikian air cucian beras lebih memacu pertumbuhan
akar dengan adanya unsur sulfur yang mendominasi dalam air cucian beras namun
tajuk tidak terlihat pertumbuhannya secara nyata. Selain itu pada parameter
nisbah akar tajuk terlihat jelas bahwa perlakuan pemberian air cucian beras
akan meningkatkan nilai nisbah akar tajuk dibanding dengan tanpa pemberian air
cucian beras (kontrol). Dengan demikian jelas terlihat bahwa air cucian beras
secara nyata meningkatkan pertumbuhan akar selada dibanding pertumbuhan tajuk.
Selain pengaruh dari kandungan unsur hara yang terdapat dalam air cucian beras,
penggunaan pupuk kandang kambing dengan perbandingan 1:4 (1 bagian pupuk
kambing dan 4 bagian tanah) diduga telah mencukupi kebutuhan unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman sehingga pengaruh air cucian beras tidak terlihat.
Selain itu penyiraman air cucian beras yang dilakukan 2 hari sekali
memungkinkan unsur hara dalam air cucian beras yang diberikan pada tanaman
mengalami pencucian oleh air kran yang diberikan pada selang hari penyiraman
air cucian beras. Dengan demikian maka kandungan unsur hara dalam air cucian
beras tidak dimanfaatkan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan tajuk tanaman
selada.
BAB
V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Penyiraman air cucian beras
meningkatkan perakaran tanaman selada tetapi tidak meningkatkan pertumbuhan tajuk
dan hasil tanaman selada.
2. Air cucian beras merah
menghasilkan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan air cucian beras
putih.
3. Pengeceran air cucian beras
tidak memberikan pertumbuhan dan hasil selada yang berbeda nyata.
DAFTAR
PUSTAKA
Andrianto, H. 2007. Pengaruh air cucian beras pada Adenium.
Alip, N. 2010. Anti
Stres dan Perangsang Akar Tanaman. . Diakses tanggal 20 Mei 2011.
Heni. 2011. Pemberdayaan
Masyarakat Ketahanan Pangan Guna Menciptakan Pemukiman Sehat dan Produktif.
Diakses tanggal 27 Mei 2011.
Leonardo, M. 2009. Pengaruh Konsentrasi Air Cucian Beras terhadap Pertumbuhan Tanaman
Tomat dan Terong. Diakses tanggal 4 Maret 2011.
Utami S.N.H.
2003. Nutrisi Tanaman. Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Posting Komentar